Jumat, 18 Maret 2011

Kemiskinan dan kesenjangan pendapat



BAB I
Pendahuluan
Kemiskinan adalah suatu fenomena atau proses multidimensi,yang artinya kemiskinan disebabkan oleh banyak faktor.Ketimpangana yang besar dalam distribussi pendapatan dan tingkatt kemiskinan merupakan dua masalah besar dibanyak NSB,tidak terkecuali Indonesia.Dikatakan besar karena jika kedua masalah ini berlarut-larut atau dibiarkan semangkin parah,pada akhirnya akan menimbulkan konskuensi politik dan sosial yang sangat serius.Suatu pemerintahan bisa jatuh karena amukan rakyat miskkin yang sudah tidak tahan lagi menghadapi kemiskinannya.berikut kita bahas lebih lanjut mengenai kemiskinan dan kesenjangan pendapatan.

BAB II
Pembahasan
Di Indonesia,pada awal  pemerintahan orde baru para pembuat kebijaksanaan dan perencanaan pembangunan ekonomi di jakarta masih sangat percaya bahwa proses pembangunan ekonomi yang pada awalnnya terpusatkan hanya di jawa,khususnya jakarta dan sekitarnya,dan hanya disektor-sektor tertentu saja,pada akhirnya akan menghasilkan apa yangg dimaksud dengan trickle down effects.
Namun,sejarah menunjukan bahwa setelah 40 tahun sejak pelita I tahun 1969,ternyata efek menetes tersebut kecil atau proses mengalir kebawahnya sangat lambat.akibat dari strategi tersebut dapat dilihat pada dekade 1980-an hingga krisis ekonomi terjadi pada tahun 1997,Indonesia memang menikmati lajupertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun yang tinggi,tetapi tingkat kesenjangan dalam pembagian Pendapatan Nasional juga semangkin besar dan jumlah orang miskin tetap banyak,bahkan meningkat tajam sejak krisis ekonomi.
Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Dan Distribusi Pendapatan
Data dekade 1970-an dan 1980-an mengenai pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan di banyak NSB,terutama negara-negara yang proses pembangunan ekonominya sangat pesat dengan laju petumbuhan ekon0mi yang tinggi, seperti Indonesia,menunjukkan seakan-akan ada suatu korelasi positif antara laju pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapatan semangkin tinggi pertumbuhan PDB atau semangkin besar pendapatan per kapita semangkin besar perbedaan antara kaum miskin dan kaum kaya.
Literatur mengenai evolusi atau perubahaan kesenjangan pendapatan pada awalnya didominasi ileh apa yang disebut hipotesis Kuznets.Dengan memakai data lintas negara dan data deret waktu dari sejumlah survei/observasi di setiap negara,Simon Kuznets menemukan adanya suatu relasi antara kesenjangan pendapat dan tingkat pendapatan perkapita yang terbentuk U terbalik.Hasil ini diinterpretasikan sebagai evolusi dari distribusi pendapatan dalam proses transisi dari suatu ekonomi perdesaan ke suatu ekonomi perkotaan atau dari ekonomi pertania (tradisional) ke ekonomi industri-industri (modern).
Dalam perkataan lain,apabila kurva Kuznets tersebutdiuji dengan pendekatan deret waktu,kemungkinan besar (tidak selalu) hasilnya akan berbeda dengan hasil dari studi-studi di atas.ada beberapa studiyang melihat seberapa besar efek-efek tingkat negara tersebut terhaap perubahan distribusi pendapat.hasil dari studi-studi tersebut tidak menunjukan adanya suatu relasi antara tingkat pendapatan dan keenjangan dalam bentuk U trbalik.

Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan
Dasar teori dari korelasi antara pertumbuhan pendapatan perkapita dan tingkat kemiskinan tidak berbeda dengan kasus pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan dalam distribusi pendapatan,sperti yang telah dibahas diatas. Mengikuti hipotesis Kunznets, pada tahap awal dari proses pembangunan, tingkat kemiskinan cenderung meningkat, pada saat mendekati tahap akhir dari pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur mengurangan.









Sudah cukup banyak studi empiris dengan pendekatan analisa lintas negara yang menguji relasi antara pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan dan hasilnya menunjukan bahwa memang ada suatu korelasi yang kuat antara kedua variable ekonomi makro tersebut.Dengan kata lain,kemiskinan tidak hanya berkorelasi dengan pertumbuhan output atau agregatatau PDB atau PN,tetapi juga dengan pertumbuhan output di sektor-sektor ekonomi secara individu.hasil-hasil penemuan di ayas bahwa sektor pertanian efektif untuk mengurangi kemiskinan di NSB.
Tabel Kemiskinan dan pertumbuhan Ekonomi                                                                                               menurut wilayah Estimasi Efek-Efek yang tetap

Asia Timur
Amerika latin
Asia Selatan
Afrika S-S
INC
-0,03
0,26*
0,31***
0,17*

(-0,76)
(1,79)
(3,31)
(1,72)
LnY
-1,60**
-1,13**
-0,82**
-0,71**
Adj.R2.
(-9,36)
(-6,11)
(-10,12)
(-4,53)
Observasi
0,84
0,68
0,83
0,93

70
107
67
48

Dapat dilihat bahwa elastisitas pertumbuhan pendapatan dari kemiskinan untuk Asia Timur adalah yang tertinggi, disusul kemudian oleh Amerika Latin ,Asia Selatan dan Afrika Sub-Sahara.Jadi menurut hasil ini, 1% kenaikan PN perkapita akan mengurangi kemiskinan 1,6% di Asia Timur dan 0,71% di Afrika Sub-Sahara.

Beberapa Indikator Kesenjangan Dan Kemiskinan
Ada sejumlah cara untuk mengukur tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapat yang dapat dibagi kedalam dua kelompok peendekatan, yakni axiomatic dan stochastic dominance. Yang sering digunakan di dalam literatur adalah dari kelompok pendekatan pertama, denagn tiga alat ukur, yakni the Generalized Entropy (GE).
I adalah jumlah rata-rata defisit pendapatan dari orang miskin sebagai suatu persentase dari garis kemiskinan,dan kofisiensi Gini yang mengukur ketimpangan antara orang miskin.apabila salah satu dari faktor tersebut naik, tingkat kemiskinan bertambah besar (yang diukur dengan S).

Apakah Kesenjangan Dan Kemiskinan Di Indonesia Menurun?
Bedasarkan database Bank Dunia dapat dilihat bahwa berdasarkan SUSENAS 2004 dan garis kemiskinan BPS, Indonesia tidak terlalu buruk dibandingkan banyak negara lain.Namun dengan memakai garis kemiskinan Bank Dunia terutama pengeluaran dibawah 2 dolar AS per hari.diperkirakan swkitar 52,4% dari total populasi adalah miskin.
Data Bank Dunia menunjukan bahwa di negara-negara yang ekonominya tumbuh pesat,sebagian besar dari penurunan kemiskinan secara absolut terjadi di pedesaan/ ini suatu tandabagus melihat kenyataan bahwa di NSB orang miskin lebih banyak terdapat di pedesaan dari pada di perkotaan karena dua penyebab utama yakni, pembangunan ekonomi dan sosial yang tidak merata antara perkotaan dan perdesaan dan penduduk lebih padatt di pedesaan dibandingkan di perkotaan.
Pertanian Sumber Utama Kemiskinan
Masih dominannya sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja juga masih terlhat jelas pada tingkat nasional.walaupun cenderung turun terus-menerus penurunan daya serap pertanian terhadap pertumbuhan tenaga kerja relatif dibandingkan sektor-sektor lain juga terjadi di banyak negara lainnya,yang merupakan salah satu ciri dari proses transformasi ekonomi yang terjadi seiring dengan proses pembangunan ekonomi jangka panjang.
Semua bukti empiris ini merefleksi satu hal yang jelas, yakni penduduk di sektor pertanian pada umumnya selalu lebih miskin dibandingkan penduduk yang sumber pendapatan utamnya dari sektor-sektor lainnya, terutama industri manufaktur, keuangan, perdagangan walaupun pendapatannya bervariasi menurut subsektor atau kelompok usaha di dalam masing-masing sektor tersebut.
Faktor lain yang berpengaruh membuat kemiskinan yaitu adalah tingkat pendidikan petani yang pada umumnya rendah , kurangnya modal, dan tata niaga yang merugikan petani.
Menurut Subandriyo sistem agrobisnis menempatkan petani terjepit di antar dua kekuatan eksplotasi ekonomi dan rendahnya harga jual yang diterima petani rendah di stu sisi dan disis lain tingginya biaya produksi yang dibayar petani tinggi juga penyebab kemiskinan dipertanian.perbedaan antar pemasukan dan pengeluaran tersebut bisa diukur dengan rasio yang disebut nilai tukar petani (NTP) yaitu nilai tukar suatu barang denagn barang lain,jadi suatu rasio harga dari dua barang yang berbeda.
Kebijakan Anti Kemiskinan
Untuk mengetahui kenapa diperlukan kebijakan anti kemiskinan dan distribusi pendapatan, perlu diketahui terlebih dahulu bagaiman hubungan alamiahh antara pertumbuhan ekonomi, kebijakan, kelembagaan, dan penutunan kemiskinan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencanangkan “tujuan pembangunan Abad Milenium” yang harus dicapai 191 negara.ada 8 target yang harus dicapai adlah sebagai berikut:
1.Meniadakan kemiskinan dan kelaparan ekstrem
2.Mencapai pendidikan dasar secara universal
3.Meningkatkan kesetaraan jender dan memberdayakan wanita
4.Mengurangi tingkat kematian anak
5.Memperbaiki kesehatan ibu
6.Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan penyakit-penyakit lain
7.Menjamin kelestarian lingkungan hidup
8.Mebentuk sebuah kerjasama glbal untuk pembangunan

Kebijakan anti-kemiskinan di Indonesia terefleksi dari besarnya pengeluaran dalam APBN untuk membiayai program-program pemberantasan kemiskinan di tanah air.sebagai suatu ilustrasii empiris,antara tahun 1994/95 hingga 2000.pengeluaran untuk memberantas kemiskinan diberikan dalam dua bentuk.
     i.      Yakni dalam bentuk uang (kas), subsidi beras, pelayanan kesehatan dan gizi, dan pendidikan
   ii.      Penciptaan kesempatan kerja.

Indonesia sebagai negara terbesar dalam jumlah manusia di ASEAN, ternyata pengeluarannya untuk pendidikan dan kesehatan bukan yang terbesar.

BAB III
Kesimpulan
Hasil-hasil dari sejumlah studi diatas mengenai hubunagan antara pertumbuhan ekonomi atau peningkatan output dankemiskinan menghasilkan suatau dasar kerangka pemikiran, yakni efek trickle-down dari pertumbuhan ekonomi dalam bentuk peningkatan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran dan peningkatan upah/pendapatan dari kelompok miskin di ilustrasikan pada kerangka berikut, dengan asumsi bahwa ada mekanisme yang diperlukan untuk memfasilitasi trickle-down dari keuntungan dari pertumbuhan ekonomi kepadakelompok miskin,pertumbuhan ekonomi bisa menjadi suatu alat yang efektif bagi pengurangan kemiskinan.

Daftar Pustaka
Tulus Tambunan,2009 Ghalia

Minggu, 13 Maret 2011

Neraca Pembayaran,Pendapatan Nasional GNP dan GDP


BAB I
Pendahuluan
Tingkat kesejahteraan masyarakat, dilihat dari aspek ekonominya , dapat diukur dengan pendapatan nasional (PN) perkapita. Untuk dapat meningkatkan PN , pertumbuhan ekonomi, diukur dengan pertumbuhan PDB , menjadi salah satu target penting  yang harus dicapai dalam pembangunan ekonomi. Oleh karena itu,tidak heran  jika pada awal pembangunan ekonomi , umumnya di banyak negara perencanaan pembangunan ekonomi lebih berorientasi pada pertumbuhan ,bukan distribusi pendapatan.berikut kita bahas lebih lanjut mengenai Pendapatan nasional,GNP  dan GDP.

BAB II
Pembahasan
Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran, merupakan informasi keadaan keuangan satu negara secara umum. Jika negara tersebut memiliki kondisi yang surplus berati negara tersebut memiliki cadangan devisa yang besar.Cadangan itu digunakan untuk kegiatan transaksi perdagangan luar negri.Cadangan ini untuk membiayai impor barang-barang dari luar negri.Semakin besar cadangan suatu negara berati semakin sehat negara itu, karena mampu membeli barang lebih banyak.
Pendapatan nasional
Ada dua arti Pendapatan nasional(PN),yakni arti sempit dan arti luas.dalam arti sempit,Pendapatan nasional adalah pendapatan nasional.Sedangkan dalam arti luas,PN dapat merujuk ke Produk Domestik bruto (PDB),atau merujuk ke produk nasional bruto (PNB),atau ke produk nasional neto (PNN). Jadi, pendapatan nasional adalah total produksi barang/ jasa yang dihasilkan oleh masyarakat di suatu negara pada satu waktu tertentu.
Sesuai Metode yang setandar,Perhitungan PN diawali dengan perhitungan PDB.Hubungan antara PDB dan PN dapat dijelaskan melalui beberapa persamaan sederhana sebagai berikut.
            PNB = PDB + F
            PNN = PNB – D
            PN = PNN-Ttl
Ket : F = pendapatan neto atas faktor luar negeri
         D = penyusutan
        Ttl = pajak tak langsung neto ( variabel-variabel lainnya telah dijelaskan di dalam teks)
Jika tiga persamaan di atas digabungkan,akan didapat persamaan berikut.
            PDB = PN + D – F    atau   PN=PDB + F – D – Ttl

Gross Domestic Product (GDP)

Gross Domestic Product (GDP) adalah penghitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian nasionalnya, tetapi pada dasarnya GDP mengukur seluruh volume produksi dari suatu wilayah (negara) secara geografis.

Sedangkan menurut McEachern (2000:146), GDP artinya mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. GDP juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat.

Gross domestic product hanya mencakup barang dan jasa akhir, yaitu barang dan jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir. Untuk barang dan jasa yang dibeli untuk diproses lagi dan dijual lagi (Barang dan jasa intermediate) tidak dimasukkan dalam GDP untuk menghindari masalah double counting atau penghitungan ganda, yaitu menghitung suatu produk lebih dari satu kali.

Contohnya, grosir membeli sekaleng tuna seharga Rp 6.000,- dan menjualnya seharga Rp 9.000,-. Jika GDP menghitung kedua transaksi tersebut , Rp 6.000,- dan Rp 9.000,-, maka sekaleng tuna itu dihitung senilai Rp 15.000,- (lebih besar daripada nilai akhirnya). Jadi, GDP hanya menghitung nilai akhir dari suatu produk yaitu sebesar Rp 9.000,-. Untuk barang yang diperjual-belikan berulang kali (second-hand) tidak dihitung dalam GDP karena barang tersebut telah dihitung pada saat diproduksi. (2000:146-147).

Tipe-tipe GDP
Ada dua tipe GDP, yaitu :
1)  GDP dengan harga berlaku atau GDP nominal, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan     suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut.

2) GDP dengan harga tetap atau GDP riil, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun lain Angka-angka GDP merupakan hasil perkalian jumlah produksi (Q) dan
harga (P), kalau harga-harga naik dari tahun ke tahun karena inflasi, maka besarnya GDP akan naik pula, tetapi belum tentu kenaikan tersebut menunjukkan jumlah produksi (GDP riil). Mungkin kenaikan GDP hanya disebabkan oleh kenaikan harga saja, sedangkan volume produksi tetap atau merosot.

Perhitungan GDP

Menurut McEachern (2000:147) ada dua macam pendekatan yang digunakan dalam perhitungan GDP, yaitu:
1. Pendekatan pengeluaran, menjumlahkan seluruh pengeluaran agregat pada seluruh barang dan jasa akhir yang diproduksi selama satu tahun.
2. Pendekatan pendapatan, menjumlahkan seluruh pendapatan agregat yang diterima selama satu tahun oleh mereka yang memproduksi output tersebut.

GDP berdasarkan Pendekatan Pengeluaran.

Menurut McEachern (2000:149) untuk memahami pendekatan pengeluaran pada GDP, kita membagi pengeluaran agregat menjadi empat komponen, konsumsi, investasi, pembelian pemerintah, dan ekspor netto. Kita akan membahasnya satu per satu.
1. Konsumsi, atau secara lebih spesifik pengeluaran konsumsi perorangan, adalah pembelian barang dan jasa akhir oleh rumah tangga selama satu tahun. Contohnya : dry cleaning, potong rambut, perjalanan udara, dsb.

2. Investasi, atau secara lebih spesifik investasi domestik swasta bruto, adalah belanja pada barang kapital baru dan tambahan untuk persediaan.
Contohnya : bangunan dan mesin baru yang dibeli perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa.

3. Pembelian pemerintah, atau secara lebih spesifik konsumsi dan investasi bruto pemerintah, mencakup semua belanja semua tingkat pemerintahan pada barang dan jasa, dari pembersihan jalan sampai pembersihan ruang pengadilan, dari buku perpustakaan sampai upah petugas perpustakaan. Di dalam pembelian pemerintah ini tidak mencakup keamanan sosial, bantuan kesejahteraan, dan asuransi pengangguran. Karena pembayaran tersebut mencerminkan bantuan pemerintah kepada penerimanya dan tidak mencerminkan pembelian pemerintah.

4. Ekspor netto, sama dengan nilai ekspor barang dan jasa suatu negara dikurangi dengan impor barang dan jasa negara tersebut. Ekspor netto tidak hanya meliputi nilai perdagangan barang tetapi juga jasa.

Dalam pendekatan pengeluaran, pengeluaran agregat negara sama dengan penjumlahan konsumsi, C, investasi, I, pembelian pemerintah, G, dan ekspor netto, yaitu nilai ekspor, X, dikurangi dengan nilai impor, M, atau (X-M).
Penjumlahan komponen tersebut menghasilkan pengeluaran agregat, atau GDP:
C + I + G + (X-M) = Pengeluaran agregat = GDP

GDP berdasarkan Pendekatan Pendapatan.

Menurut McEachern (2000:151) pendapatan agregat sama dengan penjumlahan semua pendaptan yang diterima pemilik sumber daya dalam perekonomian (karena sumber dayanya digunakan dalam proses produksi). Sistem pembukuan double-entry dapat memastikan bahwa nilai output agregat sama dengan pendapatan agregat yang dibayarkan untuk sumber daya yang digunakan dalam produksi output tersebut: yaitu upah, bunga, sewa, dan laba dari produksi.
Jadi kita dapat mengatakan bahwa:

Pengeluaran agregat = GDP = Pendapatan agregat

Suatu produk jadi biasanya diproses oleh beberapa perusahaan dalam perjalanannya menuju konsumen. Meja kayu, misalnya, mulanya sebagai kayu mentah, kemudian dipotong oleh perusahaan pertama, dipotong sesuai kebutuhan mebel oleh perusahaan kedua, dibuat meja oleh perusahaan ketiga, dan dijual oleh perusahaan keempat. Double counting dihindari dengan cara hanya memperhitungkan nilai pasar dari meja pada saat dijual kepada pengguna akhir atau dengan cara menghitung nilai tambah pada setiap tahap produksi. Nilai tambah dari setiap perusahaan sama dengan harga jual barang perusahaan tersebut dikurangi dengan jumlah yang dibayarkan atas input perusahaan lain.

Nilai tambah dari tiap tahap mencerminkan pendapatan atas pemilik sumber daya pada tahap yang bersangkutan. Penjumlahan nilai tambah pada semua tahap produksi sama dengan nilai pasar barang akhir, dan penjumlahan nilai tambah seluruh barang dan jasa akhir adalah sama dengan GDP berdasarkan pendekatan pendapatan.

Gross national product (GNP )
GNP adalah menghitung pendapatan nasional dari jumlah seluruh produksi yang dihasilkan oleh masyarakat indonesia,baik itu di dalam maupun diluar negeri.GNP dapat dihitung bedasarkan konsep kewarganegaraan.
GNP = GDP + Net Factors Income From Abroad
Net Factors Income From Abroad adalah Selisih dari pendapatan masyarakat domestik dari factor produksi yang dimiliki di luar negri dengan pendapatan warga negara asing dari faktor produksi yang dimilikinya didalam negri suatu negara.

BAB III
Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi meliputi beberapa faktor karena pemenuhan konsumsi dan kesempatan kerja itu sendiri hanya bisa dicapai dengan peningkatan output agregat atau Pdb yang terus menerus.Dala pemahaman ekonomi makro ,pertumbuhan ekoomi adalh penambahan PDB yang berati peningkatan PN.
.Pendapatan Nasional dapat merujuk ke Produk GDP,atau merujuk ke produk nasional bruto (PNB),atau ke produk nasional neto (PNN). GDP artinya mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. GDP juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat.sedang kan GNP adalah menghitung pendapatan nasional dari jumlah seluruh produksi yang dihasilkan oleh masyarakat indonesia,baik itu di dalam maupun diluar negeri.GNP dapat dihitung bedasarkan konsep kewarganegaraan.

 
Daftar Pustaka

Tambunan , Tulus T.H. 2009.”Perekonomian Indonesia” Ghalia
http://wikipedia.org