BAB I
Pendahuluan
Kemiskinan adalah suatu fenomena atau proses multidimensi,yang artinya kemiskinan disebabkan oleh banyak faktor.Ketimpangana yang besar dalam distribussi pendapatan dan tingkatt kemiskinan merupakan dua masalah besar dibanyak NSB,tidak terkecuali Indonesia.Dikatakan besar karena jika kedua masalah ini berlarut-larut atau dibiarkan semangkin parah,pada akhirnya akan menimbulkan konskuensi politik dan sosial yang sangat serius.Suatu pemerintahan bisa jatuh karena amukan rakyat miskkin yang sudah tidak tahan lagi menghadapi kemiskinannya.berikut kita bahas lebih lanjut mengenai kemiskinan dan kesenjangan pendapatan.
BAB II
Pembahasan
Di Indonesia,pada awal pemerintahan orde baru para pembuat kebijaksanaan dan perencanaan pembangunan ekonomi di jakarta masih sangat percaya bahwa proses pembangunan ekonomi yang pada awalnnya terpusatkan hanya di jawa,khususnya jakarta dan sekitarnya,dan hanya disektor-sektor tertentu saja,pada akhirnya akan menghasilkan apa yangg dimaksud dengan trickle down effects.
Namun,sejarah menunjukan bahwa setelah 40 tahun sejak pelita I tahun 1969,ternyata efek menetes tersebut kecil atau proses mengalir kebawahnya sangat lambat.akibat dari strategi tersebut dapat dilihat pada dekade 1980-an hingga krisis ekonomi terjadi pada tahun 1997,Indonesia memang menikmati lajupertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun yang tinggi,tetapi tingkat kesenjangan dalam pembagian Pendapatan Nasional juga semangkin besar dan jumlah orang miskin tetap banyak,bahkan meningkat tajam sejak krisis ekonomi.
Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Dan Distribusi Pendapatan
Data dekade 1970-an dan 1980-an mengenai pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan di banyak NSB,terutama negara-negara yang proses pembangunan ekonominya sangat pesat dengan laju petumbuhan ekon0mi yang tinggi, seperti Indonesia,menunjukkan seakan-akan ada suatu korelasi positif antara laju pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapatan semangkin tinggi pertumbuhan PDB atau semangkin besar pendapatan per kapita semangkin besar perbedaan antara kaum miskin dan kaum kaya.
Literatur mengenai evolusi atau perubahaan kesenjangan pendapatan pada awalnya didominasi ileh apa yang disebut hipotesis Kuznets.Dengan memakai data lintas negara dan data deret waktu dari sejumlah survei/observasi di setiap negara,Simon Kuznets menemukan adanya suatu relasi antara kesenjangan pendapat dan tingkat pendapatan perkapita yang terbentuk U terbalik.Hasil ini diinterpretasikan sebagai evolusi dari distribusi pendapatan dalam proses transisi dari suatu ekonomi perdesaan ke suatu ekonomi perkotaan atau dari ekonomi pertania (tradisional) ke ekonomi industri-industri (modern).
Dalam perkataan lain,apabila kurva Kuznets tersebutdiuji dengan pendekatan deret waktu,kemungkinan besar (tidak selalu) hasilnya akan berbeda dengan hasil dari studi-studi di atas.ada beberapa studiyang melihat seberapa besar efek-efek tingkat negara tersebut terhaap perubahan distribusi pendapat.hasil dari studi-studi tersebut tidak menunjukan adanya suatu relasi antara tingkat pendapatan dan keenjangan dalam bentuk U trbalik.
Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan
Dasar teori dari korelasi antara pertumbuhan pendapatan perkapita dan tingkat kemiskinan tidak berbeda dengan kasus pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan dalam distribusi pendapatan,sperti yang telah dibahas diatas. Mengikuti hipotesis Kunznets, pada tahap awal dari proses pembangunan, tingkat kemiskinan cenderung meningkat, pada saat mendekati tahap akhir dari pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur mengurangan.
Sudah cukup banyak studi empiris dengan pendekatan analisa lintas negara yang menguji relasi antara pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan dan hasilnya menunjukan bahwa memang ada suatu korelasi yang kuat antara kedua variable ekonomi makro tersebut.Dengan kata lain,kemiskinan tidak hanya berkorelasi dengan pertumbuhan output atau agregatatau PDB atau PN,tetapi juga dengan pertumbuhan output di sektor-sektor ekonomi secara individu.hasil-hasil penemuan di ayas bahwa sektor pertanian efektif untuk mengurangi kemiskinan di NSB.
Tabel Kemiskinan dan pertumbuhan Ekonomi menurut wilayah Estimasi Efek-Efek yang tetap
Asia Timur | Amerika latin | Asia Selatan | Afrika S-S | |
INC | -0,03 | 0,26* | 0,31*** | 0,17* |
(-0,76) | (1,79) | (3,31) | (1,72) | |
LnY | -1,60** | -1,13** | -0,82** | -0,71** |
Adj.R2. | (-9,36) | (-6,11) | (-10,12) | (-4,53) |
Observasi | 0,84 | 0,68 | 0,83 | 0,93 |
70 | 107 | 67 | 48 |
Dapat dilihat bahwa elastisitas pertumbuhan pendapatan dari kemiskinan untuk Asia Timur adalah yang tertinggi, disusul kemudian oleh Amerika Latin ,Asia Selatan dan Afrika Sub-Sahara.Jadi menurut hasil ini, 1% kenaikan PN perkapita akan mengurangi kemiskinan 1,6% di Asia Timur dan 0,71% di Afrika Sub-Sahara.
Beberapa Indikator Kesenjangan Dan Kemiskinan
Ada sejumlah cara untuk mengukur tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapat yang dapat dibagi kedalam dua kelompok peendekatan, yakni axiomatic dan stochastic dominance. Yang sering digunakan di dalam literatur adalah dari kelompok pendekatan pertama, denagn tiga alat ukur, yakni the Generalized Entropy (GE).
I adalah jumlah rata-rata defisit pendapatan dari orang miskin sebagai suatu persentase dari garis kemiskinan,dan kofisiensi Gini yang mengukur ketimpangan antara orang miskin.apabila salah satu dari faktor tersebut naik, tingkat kemiskinan bertambah besar (yang diukur dengan S).
Apakah Kesenjangan Dan Kemiskinan Di Indonesia Menurun?
Bedasarkan database Bank Dunia dapat dilihat bahwa berdasarkan SUSENAS 2004 dan garis kemiskinan BPS, Indonesia tidak terlalu buruk dibandingkan banyak negara lain.Namun dengan memakai garis kemiskinan Bank Dunia terutama pengeluaran dibawah 2 dolar AS per hari.diperkirakan swkitar 52,4% dari total populasi adalah miskin.
Data Bank Dunia menunjukan bahwa di negara-negara yang ekonominya tumbuh pesat,sebagian besar dari penurunan kemiskinan secara absolut terjadi di pedesaan/ ini suatu tandabagus melihat kenyataan bahwa di NSB orang miskin lebih banyak terdapat di pedesaan dari pada di perkotaan karena dua penyebab utama yakni, pembangunan ekonomi dan sosial yang tidak merata antara perkotaan dan perdesaan dan penduduk lebih padatt di pedesaan dibandingkan di perkotaan.
Pertanian Sumber Utama Kemiskinan
Masih dominannya sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja juga masih terlhat jelas pada tingkat nasional.walaupun cenderung turun terus-menerus penurunan daya serap pertanian terhadap pertumbuhan tenaga kerja relatif dibandingkan sektor-sektor lain juga terjadi di banyak negara lainnya,yang merupakan salah satu ciri dari proses transformasi ekonomi yang terjadi seiring dengan proses pembangunan ekonomi jangka panjang.
Semua bukti empiris ini merefleksi satu hal yang jelas, yakni penduduk di sektor pertanian pada umumnya selalu lebih miskin dibandingkan penduduk yang sumber pendapatan utamnya dari sektor-sektor lainnya, terutama industri manufaktur, keuangan, perdagangan walaupun pendapatannya bervariasi menurut subsektor atau kelompok usaha di dalam masing-masing sektor tersebut.
Faktor lain yang berpengaruh membuat kemiskinan yaitu adalah tingkat pendidikan petani yang pada umumnya rendah , kurangnya modal, dan tata niaga yang merugikan petani.
Menurut Subandriyo sistem agrobisnis menempatkan petani terjepit di antar dua kekuatan eksplotasi ekonomi dan rendahnya harga jual yang diterima petani rendah di stu sisi dan disis lain tingginya biaya produksi yang dibayar petani tinggi juga penyebab kemiskinan dipertanian.perbedaan antar pemasukan dan pengeluaran tersebut bisa diukur dengan rasio yang disebut nilai tukar petani (NTP) yaitu nilai tukar suatu barang denagn barang lain,jadi suatu rasio harga dari dua barang yang berbeda.
Kebijakan Anti Kemiskinan
Untuk mengetahui kenapa diperlukan kebijakan anti kemiskinan dan distribusi pendapatan, perlu diketahui terlebih dahulu bagaiman hubungan alamiahh antara pertumbuhan ekonomi, kebijakan, kelembagaan, dan penutunan kemiskinan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencanangkan “tujuan pembangunan Abad Milenium” yang harus dicapai 191 negara.ada 8 target yang harus dicapai adlah sebagai berikut:
1.Meniadakan kemiskinan dan kelaparan ekstrem
2.Mencapai pendidikan dasar secara universal
3.Meningkatkan kesetaraan jender dan memberdayakan wanita
4.Mengurangi tingkat kematian anak
5.Memperbaiki kesehatan ibu
6.Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan penyakit-penyakit lain
7.Menjamin kelestarian lingkungan hidup
8.Mebentuk sebuah kerjasama glbal untuk pembangunan
Kebijakan anti-kemiskinan di Indonesia terefleksi dari besarnya pengeluaran dalam APBN untuk membiayai program-program pemberantasan kemiskinan di tanah air.sebagai suatu ilustrasii empiris,antara tahun 1994/95 hingga 2000.pengeluaran untuk memberantas kemiskinan diberikan dalam dua bentuk.
i. Yakni dalam bentuk uang (kas), subsidi beras, pelayanan kesehatan dan gizi, dan pendidikan
ii. Penciptaan kesempatan kerja.
Indonesia sebagai negara terbesar dalam jumlah manusia di ASEAN, ternyata pengeluarannya untuk pendidikan dan kesehatan bukan yang terbesar.
BAB III
Kesimpulan
Hasil-hasil dari sejumlah studi diatas mengenai hubunagan antara pertumbuhan ekonomi atau peningkatan output dankemiskinan menghasilkan suatau dasar kerangka pemikiran, yakni efek trickle-down dari pertumbuhan ekonomi dalam bentuk peningkatan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran dan peningkatan upah/pendapatan dari kelompok miskin di ilustrasikan pada kerangka berikut, dengan asumsi bahwa ada mekanisme yang diperlukan untuk memfasilitasi trickle-down dari keuntungan dari pertumbuhan ekonomi kepadakelompok miskin,pertumbuhan ekonomi bisa menjadi suatu alat yang efektif bagi pengurangan kemiskinan.
Daftar Pustaka
Tulus Tambunan,2009 Ghalia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar